Sunday 11 December 2016

Grand Theory Pembangunan


                                                               Teori Pertumbuhan

Neo-Klasik
(M. Friedman, Jr. Hicks, P. Samuelson, Hg. Jhonson, Harod-Domar, R.R. Rostow, Daniel Lerner)

1.    Asumsi Dasar:
A.      Individu, Persekutuan Dan Negara Adalah Pelaku Ekonomi Yang Rasional, Oleh Karenanya Akan Selalu Berupaya Memaksimalkan Keuntungan/ Kepuasan Dan Meminimalkan Biaya Yang Harus Dikeluarkan
B.        Prinsip Utama Adalah Memaksimalkan Keuntungan Bagi Konsumen Dan Produsen Secara Individual, Seangkan Keuntungan Bersama Dapat Diperoleh Melalui Perdagangan Nasional Dan Internasional
C.      Tidak Menghendaki Adanya Penyusunan Ekonomi Domestik Yang Radikal
D.      Kegagalan Ekonomi Klasik (Keynesian) Harus Dirombak Melalui Upaya Investasi Industri

2.    Unit Analisa: Negara
Secara Linear Negara Per Negara Bisa Maju Dengan Hasil Usaha Sendiri

3.    Proposisi Turunan:
  1. Sebuah Program Yang Efektif Haruslah Didasarkan Atas Ideologi Sendiri, Bukan Pada Ideologi Orang Lain (Yang Diperjuangkan)
  2. Program Pasar Bebas Harus Segera Direalisir Secepat Mungkin, Meskipun Secara Sepihak; Namun Tetap Harus Dilakukan Pula Upaya Proteksi Dan Intervensi
  3. Kegagalan Negara Berkembang Adalah Kesulitan Dalam Memobilisasi Tabungan Domestik Dan Luar Negeri Dalam Mempercepat Investasi Produktif
  4. Pembangunan Identik Dengan Kemampuan Negara Untuk Menabung, Berinvestasi, Meningkatkan Produktifitas Dan Menambah Pendapatan Riil.
  5. Karena Itu “Pertumbuhan Ekonomi” Menjadi Tujuan Akhir Program Pembangunan Nasional. Berlangsungnya Akumulasi/ Pertumbuhan Akan Meningkatkan Standar Hidup Dan Pertambahan Keuntungan Akan Dinikmati Oleh Semua Masyarakat
  6. Negara Berkembang Tidak Dapat Maju Karena Memiliki Budaya Yang Bertentangan Dengan Nilai-Nilai Persaingan Kapitalisme Barat(Lerner)
  7. Harga Ditentukan Oleh Mekanisme Permintaan-Penawaran Sehingga Tercipta Efisiensi
  8. Pemerintah Boleh Berinvestasi Pada Produksi Yang Dapat Memberikan Keuntungan Maksimal. Pemerintah Menjadi Sangat Tidak Rasional Bila Mendukung Produksi Yang Dalam Persaingan ‘Normal’ Seharusnya Telah Mati

4.    Konsekwensi Teori:
  1. Campur Tangan/ Intervensi Negara: Kecil
  2. Intervensi Diperlukan Bila Terjadi Krisis, Yang Disebabkan Oleh Kegagalan Pasar Dalam Memberikan Kesejahteraan Individu
  3. Intervensi Diperlukan Untuk Menyelesaikan Distorsi Harga Dan Menjaga Kondisi Pasar Yang Kompetitif
  4. Intervensi Negara Dilakukan Dengan: Meningkatkan Pajak, Menurunkan Tarif Dan Subsidi Produksi Yang Efisien
  5. Terjadi Pengendalian Militansi Serikat Buruh, Sehingga Buruh Menjadi Komponen Produksi Yang Sangat Murah. Hukum Dan Aturan Cenderung Menguntungkan Kapitalis Dalam Melawan Buruh Yang Sangat Tidak Mampu
  6. Kebijakan Pasar Bebas Akan Menguntungkan Negara Yang Sudah Mapan (Maju) Sebab Mereka Memperoleh Keuntungan Dari Tanah, Buruh Dan Modal Yang Berlimpah

Teori Strukturalis

(Raul Prebisch, Ag. Hirschman, C. Furtando, Dos Santos)

1.    Asumsi Dasar:
  1. Pembangunan Harus Difokuskan Pada Tingkat Lokal Masing-Masing Negara
  2. Hubungan Ekonomi Politik Menjadi Hambatan Besar Untuk Industri Lokal
  3. Ketergantungan Pada Negara Luar Dapat Diatasi Dengan Usaha Masing-Masing Negara Melalui Penerapan Tekonologi Modern
  4. Pembangunan Di Negara Berkembang Pada Posisi Stagnan Karena Adanya Hambatan-Hambatan Struktural. Untuk Menjamin Dinamika Pembangunan Perlu Perubahan Radikal

2.      Unit Analisa: Negara Bangsa
Amerika Latin

3.    Proposisi Turunan:
  1. Hambatan Struktural Terbesar Dalam Pembangunan Adalah Adanya Ketimpangan Distribusi Pendapatan  Dan Kekayaan. Untuk Itu Perlu Dilakukan Upaya:
-          Mengalihkan Konsumsi Barang Mewah Oleh Elit Kepada Investasi Yang Menguntungkan Pada Industri Yang Produktif
-          Menghilangkan Konservatisme Dan Nepotisme Yang Terjadi Dalam Birokrasi Pemerintah Maupun Swasta
-          Penyediaan Fasilitas Umum Seperti Pendidikan, Akan Menjamin Penduduk Menguasai Ketrampilan Teknis, Administrasi Dan Wiraswasta
  1. Semua Asumsi Dasar Dapat Dilakukan Bila Ada Kemauan Politik Negara Untuk Mentransformasikan Struktur Sosial Tradisional Menjadi Modern
  2. Teknologi Modern Merupakan Faktor Utama Dalam Membangun Sektor Rural Maupun Urban
  3. Negara Memiliki Peran Dominan Dan Determinan, Terlebih Dalam Perubahan Di Bidang: Pendidikan, Kesehatan, Kesejahteraan Dan Tenaga Kerja
  4. Struktur Sosial Yang Menghambat Pembangunan Sebagai Konsekwensi Cara Kerja Sistem Ekonomi Yang Cacat (Neo-Klasik)

4.    Kelemahan Teori Strukturalis:
Tidak Mampu Menjelaskan Ketidak Mampuan Negara Bangsa Dalam Mengembangkan Industri Yang Mandiri Dalam Konteks Cara Kerja Sistem Internasional Dan Nasional Yang Cacat

5.    Rekomendasi:
Untuk Melakukanpembangunan Dengan Baik Perlu Dilakukan Hal-Hal Sebagai Berikut:
  1. Pembatasan Jumlah Penduduk
  2. Peningkatan Tabungan Nasional
  3. Penerapan Teknologi Tepat Guna
  4. Menjalankan Strategi Padat Karya
  5. Pengurangan Modal Asing Yang Tidak Sejalan Dengan Pembangunan Nasional

Teori Ketergantungan Dan Keterbelakangan

Marxis Dan Neo-Marxis

(Collin Leys, H. Bernstein Dan A. G. Frank, O. Sunkel, I. Wallerstein, Foster-Carter, Paul Baran)

1.    Asumsi Dasar:
  1. Motor Utama Pembangunan (Teknologi Dan Industri) Terpusat Di Luar Ekonomi Negara Pinggiran Di Dalam Pusat Negara Kapitalis
  2. Dorongan Akumulasi Kapitalis Di Pusat Berakibat Pada Tidak Berimbangnya Serangkaian Pertukaran Terus-Menerus Menguntungkan Negara Pusat Dan Merugikan Mayoritas Negara Pinggiran Yang Masih Agraris
  3. Kelas-Kelas Dominan Dan Pusat Metropolitan Dalam Suatu Negara Tumbuh Dengan Mengorbankan Kelas Bawah Yang Lemah
  4. Keterbelakangan Disebabkan Oleh Imperialisme Dan Akumulasi Kapital Secara Berlebihan Di Negara Pusat
  5. Adanya Kebutuhan Yang Bertentangan Dari Negara Pinggiran Dan Negara Pusat

2.    Unit Analisa: Sistem Kapitalisme Global
Dampak Khusus Dan Nyata Dari Imperialisme Dan Kolonialisme Di Negara Berkembang; Afrika, Asia Dan Amerika Latin

3.    Proposisi Turunan:
A.     Ada Kesamaan Kepentingan Antara Borjuasi Internasional Dan Lokal
B.      Negara Lebih Berpihak Kepada Kapitalis Daripada Mayoritas Penduduk
C.    Negara Maju Melakukan Kontrol Teknologi Kepada Negara Berkembang, Sehingga Negara Berkembang Harus Membayar Pengorbanan Yang Luar Biasa Besar
D.     Adanya Jurang Pemisah Yang Dalam Antara Negara Pusat-Pinggiran Dalam Konsentrasi Modal
E.      Perusahaan Miultinasional Sebagai Sarana Utama Untuk Mengorganisasi Modal Di Tingkat Internasional
F.       Adanya Ketergantungan Budaya Dan Ideologi Yang Menyertai Ketergantungan Ekonomi Di Negara Berkembang

4.    Konsekwensi Teori:
  1. Apa Yang Mungkin Dan Tidak Mungkin Terjadi Di Negara Pinggiran Ditentukan Oleh Oleh Apa Yang Terjadi Di Negara Pusat Yang Kapitalis
  2. Kapitalisme Yang Diterapkan Di Negara Pinggiran Justru Menimbulkan Disintegrasi, Ketimpangan Regional Dan Sektoral. Akibatnya Terjadi Ketimpangan Pendapatan Dan Kekayaan, Menciptakan Pengangguran Dan Berkurangnya Kesempatan Kerja Yang Kronis Serta Keuntungan Hanya Dinikmati Oleh Sekelompok Kecil Elit Ekonomi Dan Politik


Neo Liberalisme
Imf, Wb And Wto  ( The Three Sisters)
 (Friedriech Van Hayek, Milton Friedman)

Doktrin: Privatisasi Dan Globalisasi


1.       Price Decontrol. Penghapusan Kontrol Atas Harga Komoditi, Faktor Produksi Dan Mata Uang.

2.       Fiscal Dicipline. Pengurangan Defisit Anggaran Pemerintah Atau Bank Sentral Ke Tingkat Yang Bisa Dibiayai.


3.       Public Expenditure Priorities. Pengurangan Belanja Pemerintah, Dan Pengalihan Belanja Dari Bidang-Bidang Yang Secara Politis Sensitif, Seperti Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, Subsidi Yang Tidak Terarah Dan Berbagai Kegiatan Yang Boros Ke  Pembiayaan Infrastruktur, Kesehatan Primer Masyarakat Dan Pendidikan.

4.       Tax Reform. Perluasan Basis Perpajakan, Perbaikan Administrasi Perpajakan, Mempertajam Insentif Bagi Pembayar Pajak, Pengurangan Penghindaran Dan Manipulasi Aturan Pajak Dan Pengenaan Pajak Pada Aset Yang Ditaruh Di Luar Negeri.

5.       Financial Liberalization. Tujuan Jangka Pendek Adalah Menghapus Perlakuan Bunga Istimewa Bagi Peminjam Utang Bank Dan Mengenakan Nominal Yang Lebih Tinggi Dari Tingkat Inflasi. Tujuan Jangka Panjang Adalah Menciptakan Tingkat Bunga Bank Berdasar Premi Demi Memperbaiki Efisiensi Alokasi Kapital.

6.       Exchange Rates. Untuk Meningkatkan Ekspor Dengan Cepat, Negara Berkembang Memerlukan Tingkat Nilai Tukar Mata Uang Tunggal Dan Kompetitif.

7.       Trade Liberalization. Pembatasan Perdagangan Luar Negeri Melalui Kuota (Pembatasan Kuantitatif) Harus Diganti Dengan Pembatasan Melalui Tarif (Bea Cukai) Dan Secara Progresif Mengurangi Tarif Sehingga Mencapai Tingkat Yang Rendah Dan Seragam (Kira-Kira 10-20%)

8.       Domestic Savings. Penerapan Disiplin Fiskal/ Apbn, Pengurangan Belanja Pemerintah, Reformasi Perpajakan Dan Liberalisasi Finansial. Sehingga Sumber Daya Negara Bisa Dialihkan Ke Sektor-Sektor Privat Dengan Produktifitas  Tinggi, Dimana Tingkat Tabungannya Tinggi (Sama Dengan Model Neo-Klasik).

9.       Foreign Direct Investment. Penghapusan Hambatan Terhadap Masuknya Perusahaan Asing. Perusahaan Asing Harus Boleh Bersaing Dengan Perusahaan Nasional Secara Setara; Tidak Boleh Ada Diskriminasi.

10.   Privatization. Perusahaan-Perusahaan Negara Harus Diswastakan.

11.   Deregulation. Penghapusan Peraturan Yang Menghalangi Masuknya Perusahaan Baru Ke Dalam Suatu Bidang Bisnis Dan Yang Membatasi Persaingan; Kecuali Ada Pertimbangan Keselamatan Atau Perlindungan Lingkungan Hidup Yang Mengharuskan Untuk Itu (Termasuk Perlindungan Negara)
12.   Property Rights. Sistem Hukum Yang Berlaku Harus Bisa Menjamin Perlindungan Hak Atas Tanah, Kapital Dan Bangunan Serta Hak Milik Lainnya.

 

Dampak Privatisasi (Dan Globalisasi)

Di Negara Maju


  1. Di Inggris
Menurut Susan George (1999); Sejak Kebijakan Privatisasi Diterapkan Di Inggris Pada Masa Pm. Margareth Teacher :
    1. Kemiskinan Meningkat Tajam. Dari 10% Sebelumnya Menjadi 25% Setelahnya.
    2. Privatisasi Dan Globalisasi Telah Menghasilkan Lay Off (Phk), Akibatnya Terjadi Pengangguran Besar-Besaran.
    3. Perusahaan-Perusahaan Yang Diprivatisasi Ternyata Tidak Kunjung Menunjukkan Efisiensi Dan Perbaikan Pelayanan Pada Masyarakat, Kecuali Pada  Segelintir  Manusia Saja.
  1. Di Amerika Serikat
Menurut Kevin Philips (Dalam The Politic Of Rich And Poor, 1990) Sejak Diterapkannya Kebijakan Privatisasi Pada Tahun 1977 Dan 1988, Telah Terjadi Pemiskinan Besar-Besaran Dan Ketidakadilan/ Kesenjangan Pendapatan Yang Luarbiasa:
    1. Top 10% Keluarga Di As Mengalami Peningkatan Pendapatan 16 %
    2. Top 5% Keluarga Di As Mengalami Peningkatan Pendapatan 23%
    3. Top 1% Meningkat Pendapatannya Lebih Dari 50%
    4. Bottom 80% Pendapatan Menurun Tajam
    5. Bottom 10% Menurun 15%

Pada Tahun 1977:
Top 1% Di As Berpendapatan 65 Kali Pendapatan Bottom 10%.

Pada Tahun 1988:
Berubah à Pendapatan Top 1% Keluarga As Menjadi 115 Kali Lipat (Kesenjangan Semakin Merajalela)

Dampak Privatisasi Dan Globalisasi Di Negara Berkembang

Menurut Joseph E Stiglitz (Pemenang Nobel Ekonomi 2001) Dan Jacques Chirac  (Presiden Prancis):

Privatisasi Dan Globalisasi Hanya Menimbulkan  Kemiskinan Dan Kesenjangan Pendapatan Yang Semakin Tajam.
Benefit Yang Dijanjikan Dari Privatisasi Tidak Pernah Dinikmati Oleh Mereka, Padahal Benefit Inilah Yang Diperlukan Untuk Membangun Perekonomian Negara Berkembang/ Miskin .

Hal Ini Disebabkan Oleh Beberapa Faktor :
  1. Negara Barat Mendorong Negara Miskin Untuk Membuka Pasarnya Bagi Barang/Produk Mereka, Sementara Mereka Menjalankan Hambatan Hambatan Terhadap Import Barang Negara Miskin ( Unequal Free Trade), Padahal Negara Miskin Amat Memerlukan Pendapatan Dari Eksportnya, Untuk Membayar Hutang.
  2. Perbankan Barat Menikmati Keuntungan Dari Pengendoran Kendali Pasar Modal Di Amerika Latin Dan Asia. Hal Ini Menyebabkan Tindakan Spekulatif Dan Melemahkan Nilai Mata Uang Di Negara Miskin. Misalnya Krisis Moneter Asia 1997.
  3. Free Investment (Kebebasan Berinvestasi) Dari Perusahaan Barat Tidak Turut Memajukan Negara Miskin:
-          Lapangan Kerja Tidak Terbuka,
-          Upah Diberikan Secara Tidak Signifikan Atas Kinerja,
-          Transfer Teknologi Yang Diharapkan Tidak Terjadi
-          Sumber Daya Alam Dinegara Miskin Mengalami Depresi,
-          Polusi Merusak Lingkungan,
-          Keuntungan Berlipat Ganda Mengalir Pada Negara Barat Dibanding Investasinya.
  1. Nagara Barat Memaksakan Imbalan Yang Bersifat Mengabaikan Kedaulatan Nasional Negara Miskin.
  2. Cita-Cita Globalisasi: Menciptakan Integrasi Antara Negara Dan Umat Manusia Didunia Dalam Bentuk Menurunkan Ongkos Transportasi Dan Komunikasi, Hilangnya Hambatan Terhadap Arus Barang, Jasa Dan Modal Dan Pengetahuan , Manusia Antar Negara (Pekerja) Hanya Impian Belaka/ Tidak Terjadi.
Imf Gagal Mewujudkan Stabilitas Ekonomi Dunia, Imf Cenderung Mengambil Kebijakan Pengetatan Moneter Dengan Pengurangan Defisit Anggaran (Pencabutan Subsidi), Menaikkan Tarif Pajak Dan Meningkatkan Suku Buinga.

Beberapa Cara Yang Ditawarkan Kepada Indonesia Untuk Keluar Dari Imf

  1. Melakukan Penghematan Anggaran,
  2. Reformasi Dan Efisiensi Perpajakan,
  1. Mengurangi Kebocoran Pajak (Menurut Bappenas, Kebocoran Pajak: Rp. 240 T),
  2. Renegosiasi Dan Haircut Hutang Luar Negeri,
  3. Sekuritisasi Sda, Terutama Minyak Dan Gas Bumi,
  4. Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Baru,
  5. Redistribusi Asset Kepada Rakyat Miskin (M.P. Todaro),
  6. Menciptakan Lapangan Kerja Baru,
  7. Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Menengah,
  8. Menghilangkan Subsidi Bunga Rekapitalisasi Perbankan (Kwik: Subsisdi Bank Rekap, 91 T/Thn, Sementara Subsidi Bbm, Hanya 4 T)

Menurut Hartoyo W (Dalam Aswar Aly, 2003) Krisis Ekonomi Doindonesia Telah Direkayasa Oleh Neo Imperialisme Barat, Sehingga Mereka Mampu Menarik Dana Dari Indonesia Lebih Dari Us$ 200 M Ke Singapura.


No comments:

Post a Comment